Selasa, 15 April 2008

1 bumi 200 milyar dunia

Benarkah dunia tempat kita hidup adalah dunia seperti yang kita lihat?
Benarkah dunia kita sama dengan dunia orang lain?



 



Orang Jepang berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa Jepang. Mereka
memiliki kebudayaan Jepang. Karakter mereka juga adalah karakter Jepang.
Orangtua mengajarkan nilai-nilai ke-Jepang-an pada anak-anak mereka. Tidak
heran orang Jepang menjadi orang Jepang saat ini. Produk-produk mereka juga
mencerminkan karakter Jepang. Mereka berdisiplin, maju, mengandalkan kualitas.



 



Orang Indonesia berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa Indonesia.
Mereka memiliki kebudayaan Indonesia. Karakter mereka juga adalah karakter
Indonesia. Orangtua mengajarkan nilai-nilai ke-Indonesia-an pada anak-anak
mereka. Tidak heran orang Indonesia menjadi orang Indonesia saat ini.
Produk-produk Indonesia juga mencerminkan karakter Indonesia. Keadaan
keuangannya, pejabat-pejabatnya, mahasiswanya, penduduknya benar-benar
mencerminkan Indonesia.



 



Apabila orang Jepang tiba-tiba ditaruh di tengah-tengah Indonesia,
orang Jepang itu akan kebingungan. Karena ternyata dunia Indonesia berbeda
dengan dunia Jepang. Orang Jepang itu harus belajar cara makan orang Indonesia,
harus belajar bahasa Indonesia, harus belajar segalanya yang Indonesia. Karena
dunia Indonesia berbeda dengan dunia Jepang. Mereka berkomunikasi dalam dunia
yang berbeda.



 



Saya dapatkan yang berikut ini dari bukunya Robert T Kiyosaki:



Orang miskin hidup dalam dunia
miskin. Mereka menggunakan bahasa orang miskin. Kebudayaan mereka adalah kebudayaan
miskin. Mereka selalu berpikir dengan cara yang miskin. Mereka mengajarkan
hal-hal yang miskin pada anak-anak mereka.



 



Orang kaya hidup dalam dunia
kaya. Mereka menggunakan bahasa orang kaya. Kebudayaan mereka adalah kebudayaan
orang kaya. Mereka selalu berpikir dengan cara yang kaya. Mereka mengajarkan
hal-hal yang kaya pada anak-anak mereka.



 



Apabila orang miskin diletakkan di tengah-tengah orang kaya, mereka
akan kebingungan. Karena dunia mereka berbeda. Orang miskin itu harus belajar
bahasa orang kaya, belajar kebudayaan orang kaya dan belajar cara berpikir
orang kaya. Karena dunia mereka berbeda. Orang miskin diletakkan di
tengah-tengah orang kaya dapat disamakan seperti orang Jepang diletakkan di
tengah-tengah orang Indonesia. Mereka harus belajar untuk beradaptasi di dunia
yang baru. Seperti orang Jepang yang terbiasa dengan dunia Jepang harus
beradaptasi pada dunia Indonesia bila berada di Indonesia.



 



Saya mulai berpikir bahwa setiap orang memiliki dunianya sendiri.
Apakah keadaan mereka miskin, bahagia, pendosa, ataupun agamawi. Semuanya itu
berasal dalam diri mereka sendiri. Mungkin mereka mendapatkannya dari orangtua
dan lingkungan mereka. Saya pernah membaca bahwa apa yang diajarkan dan dialami
oleh bayi pada usia sejak lahir hingga 5 tahun akan menentukan pola pikir utama
atas orang itu hingga seumur hidupnya nanti.



 



Saya apabila ditawari rokok gratis oleh seseorang, saya tidak akan
merokok meski ada kesempatan. Mengapa? Karena saya bukan perokok.



Ada lagi seorang perokok ingin berhenti menghisap rokok. Sehari mereka
mungkin bisa berhenti merokok. Tapi keesokannya mereka akan merokok lagi. Pada
saat ditanya, jawabnya "Aku ini perokok, mana mungkin aku bisa berhenti
merokok".



 



Gambar diri mereka akan menentukan dunia mereka sesungguhnya.



 



Pada saat mereka berpikir, misalnya: "Aku ini kecil, pendek,
jelek. Tidak akan ada wanita yang mau denganku, apalagi wanita cantik mana
mungkin". Terjadilah sesuai gambar diri mereka. Kenyataannya, ada orang
yang kecil, pendek, jelek tapi punya istri yang cantik.



 



Pada saat mereka berpikir "Aku harus kaya dulu, atau aku harus
sukses dulu, baru akan ada wanita yang naksir aku". Terjadilah sesuai
dengan gambar diri mereka.



 



Pada saat wanita berpikir "Semua pria adalah penipu",
terjadilah sesuai gambar dirinya. Wanita itu hanya akan bertemu dengan pria
penipu. Cara wanita itu berkomunikasi pada pria, hanya akan membuka kesempatan
pada pria penipu untuk mendekatinya. Pria jujur akan langsung tersaring keluar
dan tidak diketemukan oleh gambar diri wanita itu.



 



Jaman dahulu, orang berpikir bahwa bumi itu datar. Mereka mulai
menemukan bukti-bukti bahwa bumi itu datar.



 



Tapi sejak pelayaran Columbus, orang mulai membuang pikiran bahwa bumi
itu datar. Sejak itu, mereka menemukan bukti-bukti bahwa bumi itu bulat.



 



Pada saat mereka berpikir "Tuhan itu tidak ada". Mereka akan
menjadi buta terhadap bukti-bukti bahwa Tuhan itu ada.



 



Pada saat mereka berpikir "Tuhan itu ada". Mereka akan mulai
melihat segalanya bahwa Tuhan itu ada.



 



Kepercayaan kita. Gambar diri kita menentukan dunia kita. Apabila kita
mulai membuka diri terhadap dunia lain, kita akan melihat betapa kayanya dunia
kita.



 



Aku mulai berpikir, bahwa bumi ini hanyalah sebuah Background dari
dunia kita. Dan di atas background itu terdapat 200 milyar dunia(sama dengan perkiraan
jumlah manusia di dunia saat ini). Persepsi kita terhadap bumi tempat kita
tinggal, menentukan dunia tempat kita tinggal.



 



 



Epilog:



Apabila kita menyadari hal ini. Ini akan menguntungkan kita. Persepsi kita terhadap dunia ternyata
bisa jadi bukan benar-benar dunia yang sebenarnya
. Kita akan dapat
mengubah dunia kita dengan cara mengubah persepsi kita terhadap dunia. Apabila
gambar diri kita terhadap dunia ini berubah, maka berubah pula dunia kita.



 



Adalah keputusan kita... Untuk mengubah dunia kita. Apakah hidup kita
akan berbahagia, kaya. Tidak hanya kaya uang, tetapi kaya akan kebahagiaan dan
kedamaian hati kita, kaya kesehatan tubuh kita, kaya akan hubungan yang baik
dengan pasangan dan orang lain. Itu semua dimulai dari gambar diri kita. Dunia kita.



Bumi 200 milyar dunia.