Minggu, 15 Juni 2008

Menara hikmat dan pengertian (filsafat karyaku sendiri)

Orang yang berhikmat lebih baik daripada orang
yang tidak berhikmat. Mengetahui dan mengerti lebih baik daripada tidak
mengetahui dan tidak mengerti.


Namun ada kalanya dimana tidak mengetahui dan
tidak mengerti adalah lebih berhikmat daripada orang yang mengerti.
Ada
kalanya dimana
kebodohan adalah hikmat.


Karena pada saat kita mengerti segala sesuatu,
maka sesuatu itu menjadi kehilangan kemilaunya. Pada saat kita mengetahui
sesuatu, maka sesuatu itu kehilangan keistimewaannya.





Mengapa manusia mengejar pengertian? Bukankah
berhikmat lebih baik daripada berpengertian. Dan pengertian ternyata tidak
selalu berhikmat, sedangkan kebodohan tidak selalu tidak berhikmat.





Ada
manusia yang memegahkan diri atas pengertian
yang dimilikinya. Namun manusia yang lebih buruk dari itu adalah manusia yang
memegahkan diri atas kebodohan yang dimilikinya. Oleh karena kebodohan dan
ketidak tahuannya dia memegahkan diri, seolah dia lebih berhikmat.





Tidak ada orang pandai dan berpengertian jika
tidak ada orang bodoh. Jika semua orang adalah pandai dan berpengertian, maka
tidak ada lagi orang pandai dan berpengertian.


Hikmat-pun menempati posisinya karena ada orang
yang tidak berhikmat.





Orang yang berhikmat menyadari bahwa pengertian
dan kebodohan adalah hal yang sia-sia.


Orang yang berhikmat menyadari bahwa bahkan
hikmat itu sendiri adalah sia-sia. Berhikmat tetap lebih baik daripada tidak
berhikmat. Tetapi orang yang berhikmat dan orang yang tidak berhikmat adalah
sia-sia.





Orang paling berhikmat di alkitab-pun
mengatakan bahwa segala sesuatu adalah sia-sia. Hikmat adalah sia-sia.
Kebodohanpun adalah sia-sia.





Mengerti segala sesuatu adalah sia-sia.


Bodoh terhadap segala sesuatu adalah sia-sia.


Hikmat adalah sia-sia.


Tidak berhikmat-pun adalah sia-sia.





Tidak ada gunanya memegahkan diri. Hiduplah
dalam kebodohan, jikalau kebodohan itu membuat hidupmu lebih berarti. Hiduplah
dalam pengertian, jikalau pengertian itu membuatmu merasa lebih baik.





Berhikmat lebih baik daripada tidak berhikmat.
Orang yang berhikmat menjadi tuan atas dirinya sendiri dan atas orang tidak
berhikmat. Orang tidak berhikmat menjadi budak dari dirinya sendiri dan dari
orang berhikmat. Namun tetap… inipun adalah sia-sia.





Siapakah yang sanggup mengerti misteri
Tuhan? Ujung lorong dari pengertian
Tuhan telah membuat manusia merasa seolah-olah dialah tuhan. Padahal lorong
pengertian dan hikmat Tuhan adalah panjang dan tak terselami.





Celakalah dia yang merasa telah menemukan
hikmat Tuhan. Karena seandainya hikmat itu benar-benar ditemukan manusia, maka
Tuhan bukanlah Tuhan. Benarkah rahasia Tuhan telah diketahui oleh manusia.
Benarkah manusia telah menyamai Tuhan? Inikah menara babel masa kini? Menara
hikmat dan pengertian manusia.





Ataukah ini hanya ilusi yang sengaja dibuat
oleh Tuhan untuk menghukum manusia menara babel ini? Ataukah ini karena manusia
adalah citra dari Tuhan?